Islam mengajarkan pada penganutnya bahwa mencari atau menuntut ilmu hukumnya adalah wajib, tanpa terkecuali baik kecil maupun besar, muda maupun tua, kaya maupun miskin. Wahyu pertama yang diturunkan merupakan perintah membaca (iqra) yang berarti bacalah!. Membaca merupakan jembatan pertama untuk mendapatkan ilmu, baik sedikit apalagi banyak.
Ilmu merupakan warisan para nabi yang tentunya sangat penting untuk digali dan dikembangkan dalam rangkat kemanfaatan diri dan umat sehingga lebih maju dan lebih dekat denga Sang Pencipta Allah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa:
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang telah mengambilnya, maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi)
Dalam kitab Adab al-Alim wa al-Muta’allim, Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari mengawali pembahasan dengan ulasan tentang keutamaan ilmu, ulama, belajar, dan mengajarkan ilmu. Beliau memaparkan beberapa dalil Al-Qur’an dan al-Hadits serta pernyataan para sahabat Nabi dan ulama yang menjelaskan hal itu.
Tentang keutamaan ulama, di antaranya beliau mencantumkan ayat Al-Qur’an:
“Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu” (QS Al-Mujadalah ayat 11).
Menurut KH Hasyim Asy’ari, alasan Allah mengangkat derajat para ahli ilmu adalah karena mereka dapat mengaplikasikan ilmu mereka dalam kehidupannya. Beliau memberikan tafsir (interpretasi) ayat di atas sebagai berikut:
أي ويرفع العلماء منكم درجات بما جمعوا من العلم والعمل
“Maksudnya Allah mengangkat derajat ulama dari kalian sebab mereka mampu menggabungkan ilmu dan amal.”
Selanjutnya KH Hasyim Asy’ari menjelaskan selisih derajat ulama dibandingkan orang Muslim pada umumnya dengan mengutip sabda Sahabat Ibnu ‘Abbas:
درجات العلماء فوق المؤمنين بسبعمائة درجة درجة ما بين الدرجتين خمسمائة عام
“Para ulama mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang mukmin pada umumnya dengan selisih 700 derajat dan di antara dua derajat terpaut selisih 500 tahun.”
Aristoteles mengingatkan pada kita bahwa pendidikan merupalan alat paling ampuh untuk mengubah dunia.
Mencari ilmu itu dapat meningkatkan sumber daya manusia karenanya SDM merupakan salah satu bagian paling penting agar sebuah Pondok Pesantren dapat berjalan dengan baik. Jika elemen sumber daya manusia tidak dimiliki, atau kualitasnya yang kurang baik, Pon Pes akan sulit untuk berjalan dan beroperasi dengan semestinya meski sumber daya yang lain telah terpenuhi, dalam rangka meningkatkan kualitas SDM PPTQ AL-Husna Bukit Raja Wali bekerja sama dengan STIT Pringsewu untuk menempuh pendidikan S1 dan S2 bagi para asatidz-asatidzah AL-Husna Bukit Raja Wali tersebut, tahun 2024 ini asatidz-asatidzah AlHusna Bukit Raja Wali ada 13 Orang yang menempuh S1 dan sebanyak 10 orang menempuh program S2.
Pada hari Jum’at 28 Juni 2024 mereka semua sudah melaksanakan YUDISIUM dan sudah sah mencantumkan gelar setelah namanya.
Iniliah nama-nama keluarga besar PPTQ al-Husna Bukit Raja Wali &PPM Baitul Qur’an yang telah melaksanakan YUDISIUM:
Program Pascasarjana STIT Pringsewu,
Umy Husnul Fadhilah, S.Pd., M.Pd. Al-Hafizhah (Pengasuh PPTQ Al-Husna Bukit Raja Wali)
M. Solihin, S.Pd.,M.Pd. (Pengurus PPTQ Al-Husna Bukit Raja Wali)
Ulfatullahmi, S.Pd., M.Pd. (Asatidzah PPTQ Al-Husna Bukit Raja Wali)
PPTQ AL-Husna Bukit Raja Wali Podomoro-Pringsewu tidak pernah berhenti dalam meningkatkan kualitas santri-santrinya. Berbagai sarana…
Mulai Chat
1
Butuh bantuan? Hubungi kami
PPTQ Al-Husna Bukit Raja Wali
Assalamualaikum wr.wb. Selamat datang di PPTQ Al-Husna Ada yang bisa kami bantu? Jangan lupa Simpan nomor ini supaya anda makin mudah mendapat informasi dari kami.