Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an Al-Husna
Berita  

Kamu adalah penulis cerita hidupmu sendiri, buatlah cerita yang menakjubkan.

Kata BATIK jika di baca dari belakang bunyinya adalah KITAB. ditinjau dari segi bahasa kata كِتاَبٌ berasal dari kata kataba – yaktubu -uktub
( كَتَبَ – يَكْتُبُ-اُكْتُبْ)
Yang mengandung arti telah menulis, sedang menulis dan tulislah. sehingga arti dari kitab adalah tulisan. 

baju BATIK yang awalnya hanyalah kain putih polos, namun dengan goresan-goresan tangan yang sabar menjadi sebuah karya yang luar biasa selanjutnya setelah menjadi baju, indah di pakai dan nyaman untuk di pandang. Demikian halnya dengan KITAB.

Kamu adalah penulis (ٌكاَتِب)cerita hidupmu sendiri, Menjadi penulis cerita hidupmu sendiri berarti kamu memiliki kekuatan untuk mengarahkan hidupmu sesuai keinginanmu. Kamu tidak akan terjebak dalam kisah orang lain. Kamu bisa menjadikan hidupmu sebagai kanvas kosong dan mengisi ceritamu dengan hal-hal yang benar-benar kamu inginkan.

Kalau di ibaratkan, Hidup itu seperti sebuah buku, sebagiannya berisi bab bahagia, tawa yang menyenangkan. Sebagiannya lagi bab kecewa, sakit, dan yang menyedihkan. Setiap lembar adalah hari-hari dalam hidup kita.

Namun, sesalah apa pun kita menulis lembaran buku kehidupan kita, akan selalu tersedia halaman selanjutnya yang putih, bersih, baru dan tiada cacat. Hidup kita juga begitu kan? Seburuk apa pun hari kemarin, Allah SWT selalu menyediakan hari yang baru untuk kita. 

Kita selalu diberi kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yang benar dalam hidup kita. Sehingga setiap harinya, kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya sampai saat usia berakhir yang sudah ditetapkanNya.

Jadi, jangan pernah menunggu sampai lembaran habis, baru kita mau berbenah.

Cara yang terbaik untuk membuat cerita hidup yang menakjubkan adalah mengambil kendali atas hidupmu dan membuat keputusan yang tepat. Temukan passionmu, hadapi kegagalan dengan kepala tegak, bantu orang lain, berani mengambil resiko, dan jaga keseimbangan dalam hidupmu.

Setiap individu memiliki kekuatan untuk menulis cerita hidup mereka sendiri. Kamu memiliki kendali penuh atas setiap langkah dan keputusan yang kamu ambil. Apakah kamu menyadarinya atau tidak, setiap keputusan yang kamu buat akan membentuk jelmaan cerita hidupmu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil kendali atas kehidupanmu sendiri. 

Jangan terjebak dalam pola pikir bahwa kehidupanmu ditentukan oleh nasib atau keadaan eksternal. Kamu memiliki kekuatan untuk mengubah nasibmu sendiri. Tidak peduli seberapa sulit situasinya, cobalah untuk melihat sisi positifnya. Ingatlah, setiap kesulitan adalah kesempatan untuk tumbuh dan menjadi lebih baik.

Kita semua menghadapi masalah dan rintangan dalam hidup, tetapi yang membedakan adalah bagaimana kita menghadapinya. Jangan biarkan hal-hal negatif mengendalikan hidupmu. Alihkan fokusmu pada hal-hal yang kamu cintai dan apresiasi dalam hidup dan gunakan itu sebagai pendorong untuk membuat cerita hidup yang menakjubkan.

Kita seringkali takut gagal. Ketika menghadapi situasi yang tidak kita harapkan, kita cenderung merasa malu atau menyalahkan diri sendiri. Namun, kegagalan sebenarnya adalah bagian tak terpisahkan dari proses kehidupan. Tanpa kegagalan, kamu tidak akan tahu apa yang benar-benar kamu inginkan atau bagaimana menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri.

Maka dari itu, sudah seharusnya kita tidak asal menulis dalam lembaran buku kehidupan kita. Artinya kita seharusnya tidak asal memilih atas pilihan yang nantinya dicatat dalam buku amal kita.

Allah SWT Sang Pemilik Kehidupan telah memberi petunjuk jalannya seperti yang difirmankan Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al- Balad ayat 10,

وَهَدَيْنَٰهُ ٱلنَّجْدَيْنِ

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.

Allah SWT memberikan pilihan kepada manusia untuk memilih menjadi ashabul maimanah (golongan kanan) atau ashabul masy’amah (golongan kiri). Karena masing-masing jalan ada balasannya.

Mbah semar mengingatkan pada kita “ampun sedo tanpo aran”, Jangan mati tanpa meninggalkan nama baik.

Seperti halnya pohon pisang, dengan berbagai kelebihan dan manfaat, mulai dari akar, batang, daun, jantung, apalagi buahnya. Buah pisang merupakan salah satu buah yang di sebutkan dalam al-Qur’an, yang berbunyi :
وَطَلۡحࣲ مَّنضُودࣲ
“dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya)”.

Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari pohon pisang adalah: Pohon pisang tidak mau mati sebelum meninggalkan kebermanfaatan (buah) bagi makhluk. Meski ditebang, ia akan kembali tumbuh dan hidup untuk menghasilkan buah. Sebelum ajal menjemput, pohon pisang berusaha  memberi manfaat, meski hanya selembar daun pembungkus nasi atau alat berteduh. Ia hadir memberikan mafaat, Pohon pisang yakin atas firman Allah : 

إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡۖ

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…” (QS. al-Isra’  : 7). 

Pohon pisang berjuang untuk meningalkan keturunan yang melanjutkan manfaat dan berbuah untuk dinikmati semua makhluk. Setelah meninggalkan generasi penerus yang menyebarkan manfaat, pohon pisang baru berbuah. Setela berbuah, ia baru menjemput ajalnya.

Seharusnya manusia demikian pula. Jangan pernah meninggalkan suatu tempat (apalagi dunia), tanpa meninggalkan generasi yang berkualitas dan karya yang bermanfaat. Berbuat baik di mana pun, kapanpun, dan terhadap siapapun. Sebab, sewaktu-waktu bisa saja “terpaksa” meninggalkan suatu tempat secara tiba-tiba dan tanpa bisa ditunda.

Belajar dari pohon pisang, seyogyanya kita sejak kecil membuat kedua orang tua senang, setelah besar membuat alam sayang, dan setelah mati terbaring dalam pelukan bumi dengan tenang serta bisa masuk surga dengan menikmati buah-buahan salah satunya buah pisang.

والله اعلم بالصواب

Mulai Chat
1
Butuh bantuan? Hubungi kami
PPTQ Al-Husna
Assalamualaikum wr.wb.
Selamat datang di PPTQ Al-Husna
Ada yang bisa kami bantu?
Jangan lupa Simpan nomor ini supaya kamu makin mudah mendapat informasi dari kami.