Doktor Hafiz Pertama di UIN Raden Intan
Bandar Lampung, Sumber : NU Online
Setelah melalui sederet ujian pertanyaan dari tim penguji, Abdul Hamid, dinyatakan lulus ujian promosi doktor dengan predikat sangat memuaskan dari Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Kelulusan pria yang merupakan pengasuh PPM Baitul Qur’an dan PPTQ Al-Husna Pringsewu itu berlangsung Sabtu (15/9).
“Setelah mempertimbangkan hasil ujian Saudara Abdul Hamid dengan nomor pokok mahasiswa 1403020037, kami nyatakan saudara lulus dengan predikat sangat memuaskan dan menjadi doktor ke-45 yang pernah dicetak Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung,” kata Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung, H Muhammad Mukri.
Doktor pertama di bidang tahfiz Al-Qur’an di UIN Raden Intan.
Dalam promosi doktor ujian terbuka yang digelar di Kampus Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung KH. Abdul Hamid mempresentasikan disertasinya berjudul Manajemen Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an Pada Pondok Pesantren di Provinsi Lampung. Lulusnya disertasi tersebut menjadikan Abdul Hamid sebagai doktor pertama di bidang tahfiz Al-Qur’an di UIN Raden Intan.
Tim penguji terdiri dari H Moh Mukri selaku ketua Sidang; H. Achmad Asrori (penguji 1); H M Juhri (penguji 2 dan Promotor); H M Akmansyah (penguji 3); Hj Siti Patimah (penguji 4); H Sulthan Syahrir (penguji 5); dan Fitri Yanti (sekretaris sidang).
Dalam pemaparan sidang disertasinya itu, promovendus meneliti soal metode menghafal Alqur’an 30 juz dengan cepat dalam waktu 12 bulan. Tempat penelitian di tiga pondok pesantren di Lampung yang telah diujicobakan. Lebih lanjut, pria yang sering disapa Cak Hamid ini menjelaskan bahwa tiga pesantren tersebut ialah Pesantren YPPTQ MH di Ambarawa Kabupaten Pringsewu, Pesantren Darul Huffadz Gedongtataan Kabupaten Pesawaran dan Pesantren Al Fatah Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
“Tingginya animo orang tua dan masyarakat untuk menitipkan putra-putrinya ke pondok pesantren menimba ilmu agama khusus menghafal Al-Qur’an 30 juz yang ada di Provinsi Lampung membuat kami tertarik untuk meniliti dan mendalami tentang manajemen pembelajaran menghafal Al-Qu’an bagi pondok pesantren. Padahal, ketiga pesantren tersebut tidak memiliki perangkat pembelajaran secara baku, tertulis dan terdokumentasi, namun dapat meluluskan para santri yang hafiz Al-Qur’an,” ucap pria yang juga Rais Syuriyah Ranting NU Pringsewu Barat.
Sebelum memberikan pertanyaan, Promotor Juhri mengapresiasi kepada promovendus karena kesungguhan dan ketawadhuan-nya serta barakah Al-Qur’an dapat dijadwalkan untuk ujian promosi secara mendadak oleh kampus. Padahal, promovendus baru akan mendaftar ujian terbuka dan masih dalam perjalanan menuju kampus.
“Betapa banyak yang sudah antri daftar ujian namun sampai saat ini belum dijadwalkan. Kalau bukan karena barokah Al-Qur’an hal ini tidak akan terjadi,” katanya disusul aplus oleh tamu undangan yang hadir.
Hal ini kemudian ditanyakan lebih lanjut oleh tim penguji dan berhasil dijawab dengan cerdas dan lugas. Beberapa pertanyaan lain pun tidak ada yang terlewat dengan jawaban memuaskan meski secara psikologi ada ketegangan yang menyelimuti. Tentu saja ketegangan tak dapat dihindari pada suasana sidang apa pun dan di mana pun.
Sejumlah Pejabat Hadir
Pada kesempatan itu, sejumlah pejabat hadir memberi dukungan dalam ujian doktor Abdul Hamid. Di antaranya Wakil Bupati Pringsewu H Fauzi, Danramil Pringsewu Kapten Redi Kurniawan, para pengasuh pondok pesantren, Ketua STIT Pringsewu Dwi Rohmadi Mustofa, Ketua STIT Multazam, Ketua STEBI Tanggamus serta puluhan orang yang memadati ruang sidang di lantai dua UIN Raden Intan Lampung tersebut.
Wakil Bupati Fauzi memberikan ucapan selamat kepada Abdul Hamid beserta keluarga yang turut hadir atas pencapaian hingga ke tahap Ujian Promosi Doktor. “Pencapaian Pak Hamid merupakan hal yang patut dibanggakan dan disyukuri, semoga ilmu yang didapat bisa bermanfaat khususnya bagi kampus STIT Pringsewu,” kata Wakil Bupati Fauzi.
Abi Hamid sendiri merasa sangat bangga atas pencapaiannya yang berhasil meraih gelar doktor. “Terasa mimpi,” katanya, Setelah menerima ijazah kelulusan, dia berharap disertasinya khususnya perangkat pembelajaran tahfiz yang promovendus buat, tak hanya sebatas kajian akademik saja. “Akan tetapi agar juga dapat diaplikasikan dan dipatenkan sebagai rujukan bagi pondok pesantren tahfiz maupun pengelola tahfiz yang ada di Indonesia khususnya Provinsi Lampung,” ujar Hamid. Profesor Mukri mengutip Surat Al Alaq. “Iqra, kita harus bisa membaca. Apa pun bisa kita baca dan jadi ilmu. Bila sudah berilmu di akhir surat, wasjud. Tetap sujud. Wahai Hamid, jangan sombong dengan gelar Doktor, tetaplah tawadhu,” pesan Profesor Mukri. Profesor Mukri juga mengatakan agar Hamid tetap dekat dengan Allah. “Waqtarib, dekat dengan manusia saja sudah ada sedikit barokahnya, apalagi bila dekatnya kepada Allah Swt,” pungkasnya. (Red: Kendi Setiawan/ NU Online)