Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an Al-Husna

Biografi Pengasuh

Biografi Pengasuh

Dr. KH. Abdul Hamid, M.Pd.I., Al-Hafizh
Pendiri dan Pengasuh PPTQ Al-Husna

Kelahiran

Dr. Abdul Hamid, M.Pd.I Al-Hafizh beliau merupakan anak laki-laki yang dilahirkan dari pasangan Ibu Siti Khodijah dan Bapak Abdul Halim (Alm), lahir pada hari senin tgl 05 Januari 1984 di desa Gumelar Lor tepatnya di Kecamatan Balung Kabupaten Jember Jawa Timur. Ia merupakan putra ke empat dari enam bersaudara, diantaranya: Siti Marfu’ah, Nur Slamet, Siti Kholifah, Imam Asyrofi (Alm) dan Miliatul A’imah. Pemberian nama Abdul Hamid merupakkan hasil dari tabarukan ayahnya terhadap KH. Abdul Hamid Pasuruan yang masyhur dengan kewaliannya itu, karena wafatnya KH. Abdul Hamid Pasuruan dengan kelahirannya Hamid hanya berjarak 2 tahun, ayahnya berdo’a dan berharap semoga Hamid kecil kelak dapat meniru jejak langkahnya seperti KH. Abdul Hamid Pasuruan dan mendapatkan keberkahannya. Aamiin

Dalam Kandungan Bunda

Ketika Siti Khodijah mengandung Abdul Hamid, ia kerap kali merasakan hal-hal aneh dan menakjubkan. Diantara salah satu keanehannya, ibunda sering terbangun malam dan terdorong untuk melaksanakan Qiyamullail dan Membaca al-Qur’an. Selama mengandung hamid, ibundanya hampir tiga kali bermimpi macan, ibundanya hanya bisa husnudhon semoga si jabang bayi kelak menjadi orang besar dan menjadi pemimpin masyarakat sebagaimana tabiatnya macan.

Berbeda dengan ayahnya, Salah satu yang menjadi kebiasaan ayahnya adalah memuliakan dan menghormati orang alim, khususnya poro kyai-kyai kampung karena beliau sadar dengan kekurangannya akan agama, bila bertemu dengan orang alim atau bahkan santri sebisa mungkin ayahnya ini memberikan sesuatu kepadanya walau hanya uang 20.000 waktu itu atau hanya sebatas segelas Kopi, dengan harapan atas washilah do’a dari para kyai dan santri salah satu dari putra putrinya kelak ada yang bisa berjuang untuk agama seperti para kyai dan santri tersebut, ayahnya selalu teringat dan terinspirasi dengan pesan dari para kyai terdahulu yaitu sebuah kalimat dari Syekh al-Islam Imam Sadiduddin asy-Syairazy yang terdapat dalam kitab Ta’lim al- Muta’allim:


من اراد ان يكون ابنه عالما ينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء. ويكرمهم ويعظمهم ويطعمهم ويطيعهم شيئا وان لم يكن ابنه عالما يكون حفيده عالما

Abdul Hamid kecil hidup dikeluarga yang sangat sederhana, ayahnya sebagai petani dan ibu nya sebagai penenun tikar, penghasilannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Ayahnya yang peduli dengan agama, mengharuskan hamid kecil belajar al-Qur’an langsung ditangani oleh beliau. Selain ia belajar al-Qur’an dengan ayahnya ia juga belajar ke kyai kampung yang sangat wira’i yaitu kyai abdul aziz (Alm), dari kyai abdul aziz beliau belajar al-Qur’an dan kitab-kitab untuk para pemula, sewaktu beliau kelas 2 madrasah ibtidaiyah al-Amin Gumelar pada tahun 1992 ada dua santrinya KH. Abdul Qodim Pendiri dan pengasuh Pon Pes Sabilul Muttaqin daerah Kecamatan Sukowono, Jember bagian utara untuk mencari kasab/pekerjaan di rumah ayahnya Hamid, dua santri tersebut atas nama Cak Martono dan Cak Awaludin dari Kebumen-Jawa Tengah, tatkala kembali ke pondok pesantren, ayahnya menitipkan Hamid ikut bersama kedua santri tersebut agar mengetahui suasana yang ada di pondok pesantren. Niatannya hanya main selama satu minggu, namun setelah di tanya beliau betah di pondok karena materi pelajaranya hampir sama dengan apa yang sudah di ajarkan oleh Kyai Abdul Aziz di Kampung rumahnya, mulai saat itulah Hamid kecil beri’tikad mukim di Pon Pes Sabilul Muttaqin di usia 9 tahun.

Pon Pes Sabilul Muttaqin inilah yang menggembleng dan membentuk Karakter Hamid dari segi akhlak, wawasan keagamaan dan kedewasaanya, Bahkan Hamid waktu itu sudah memilik semboyan dan wiridan “ Hati-hatilah Hamid dengan Hati”. selain mondok Hamid juga melanjutkan pendidikan dasar nya di SD Balet Sukowono Lulus pada tahun 1997. Sedangkan Pendidikan SMP nya di SLTP N 1 Sukowono, ketika Hamid berada di kelas 2 beliau sempat medapatkan ujian dari Allah yaitu sakit lumpuh selama dua bulan dan hampir putus sekolah karena keterbatan ekonomi, namun setelah mendapatkan motivasi dari KH. Asnawi, BA dan salah satu guru seni yaitu bu Widji dengan sebuah kalimat : “ SANTRI HARUS BISA SUKSES DAN KESUKSESAN ITU BERAWAL DARI PENDIDIKAN SEKOLAH FORMAL, AYO LANJUT SEKOLAHNYA, AGAR KELAK JADI KYAI YANG HEBAT“ Alhamdulillah hamid dapat melanjutkan sekolah SMP dan lulus pada tahun 2000.

Pendidikan aliyahnya beliau tempuh di PP Nurul Qornain asuhan KH. Yazid Karimullah yang berlokasi tidak jauh dari PP Sabilul Muttaqin, sambil sekolah MA Hamid juga sambil ngaji kitab sama KH.yazid, dan Ngalong juga di PP Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Asuhan KHR. As’ad Syamsul Arifin walau hanya sehari namun sangat membekas dari sinilah beliau dapat memuliakan maulid Nabi dengan washilah PERMEN.

MA Nurul Qornain hanya dapat menghantarkan Hamid di semester satu saja, karena sang Murobbi Ruhina Romo Yai Abdul Qodim sakit-sakitan, walaupun sakit KH.Abdul Qodim tetap istiqomah ngajari kami waktu itu yang mana hanya tiga santri ( Hasyim dari Jember dan Suroso dari Poso Sulawesi, dan hamid sendiri dari Jember), namun ini tidak berjalan lama dan dua santri yakni Hasyim dan Suroso sudah boyong, Beliau KH. Abdul Qodim tetap Istiqomah Ngajari Hamid walau hanya sendirian, waktu itu kajian kitabnya adalah Ihya Ulumuddin, namun sesampainya di Juz IV hal 41 Romo Yai Qodim Pasrah tidak bisa mengajari Hamid lagi karena kondisi kesehatan Kyai semakin memburuk dan menasehati Hamid agar bisa melanjutkan nyantri di pondok pesantren yang lain.

Atas dasar anjuran Kyai, Hamid pulang kerumah dan langsung silaturahmi ke PP An-Nur Bululawang Malang, sehubungan PP An-Nur Malang ini merupakan sebuah pondok pesantren modern yang memiliki sekolah di dalamnya, Romo Yai Qodim tidak meridhainya, beliau berharap Hamid focus di kajian kitab saja tanpa melanjutkan sekolahnya. Hamid bimbang dan bingung mau melanjutkan ke pesantren mana? Ayahnya ( Abdul Halim) yang tidak mau melihat hamid lebih dari satu minggu di rumah mengharuskan hamid agar segera memberikan keputusan. Karena Ayahnya memiliki sebuah pedoman: “ Wong Urip iku Ojo Sampek Ninggalke NGAJI”. Negara Brunai Darusslam sempat menjadi angan-angannya sebagai tenaga pendidik al-Qur’an, lagi-lagi keterbatasan ekonomilah menjadi penghambatnya. ( thn 2011 sempat transit ke Brunei Darussalam dalam kegiatan Ibadah Umroh).

Nyantri Ke Lampung Berbekal Sabit Padi

Kebimbangan membuat hamid silaturami ke KH.Abdul Qodim untuk mendapatkan pencerahan dan akhirnya mendapatkan sebuah kesimpulan Nyantri di Lampung, tepatnya di PPTQ MH Ambarawa Asuhan Prof.Dr. KH. Rois Abdillah, Al-Hafizh dengan dua syarat: Pertama, Jangan sambil melanjutkan sekolah dan yang kedua Nyantri di Ambarawa lima tahun saja.

Pada tanggal 2 Januari 2001, Hamid mengembara ke Lampung dengan uang hasil pinjaman ayahnya ke tetangga sebesar 150.000 waktu itu (85.000 untuk ongkos Bus Damri Jember-Lampung), almarhum ayah hamid berpesan: ngasih bekalnya hanya 65.000 selama mondok, bila uang tersebut habis maka Bawon lah (ayahnya sambil ngasih sebuah sabit padi dua buah). Ketika sampai di PPTQ MH Ambarawa, almaghfurlah Prof.Dr. KH. Rois Abdillah Al-Hafizh menyarankan agar melanjutkan pendidikan MA nya. Sebagai santri yang tawadhu’ dan Sami’na wa Atha’na hamid teringat dengan pesan dari Kyai Qodim dan belum memberikan jawaban ke almaghfurlah Prof.Dr. KH. Rois Abdillah Al-Hafizh. Kegelisahan menyelimuti Hamid kembali, akhirnya hamid kirim surat ke Yai Qodim perihal lanjut sekolah di Pondok Pesantrennya Prof.Dr. KH. Rois Abdillah Al-Hafizh. Setelah beberapa bulan, kurang lebihnya 6 Bulan Kyai Qodim baru membalas isi surta hamid, yang kesimpulan isi dari suratnya: Yowes le Hamid sampean manuto karo kyai seng neng Lampung/ ya sudah Hamid kamu manut saja sama kyai yang di Lampung. MA YPPTQ MH Ambarawa menghantarkan hamid sampai lulus Aliyah pada tahun 2003, dan tahun 2004 nya Hamid menyelesain hafalan al-Qur’nya 30 Juz, dan beliau merupakan satu-satunya santri putra pertama di PPTQ MH Ambarawa yang dapat menyelesaikan hafalan al-Qur’an

Sanad Keilmuan Dr. KH. Abdul Hamid, M.Pd.I AL-Hafizh:

1) Bidang Kitab, beliau mendapatkan sanad dari Kyai Abdul Aziz Jember, KH.Abdul Qodim PP. Sabilul Muttaqin, KH. Asnawi PP. Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo, KH. Yazid Karimullah PP. Nurul Qornain dan Prof.Dr. KH. Rois Abdillah Al-Hafizh

2) Bidang Tahfizh, beliau mendapatkan sanad hafalan al-Qur’an yang bersambung ke Rasulullah di dapatkan dari dua jalur, pertama dari jalur: Al-Hafizhah Hj. Luqmanati Adnan dari Al-Hafizhah Hj. Nur Hamidah dari Al-Fadil Al-Hafizh KH. Yahdi Mathlab Mojokerto dari Al-Fadil Al-Hafizh KH. Muhammad Dahlan Kholil Jombang dari Al-Fadil Al-Hafizh KH. Hamid Abdul Rozaq al-Misri dst. Kedua dari Jalur : Al-Hafizh KH.. Muhammad Zamzani dari Al-Fadil Al-Hafizh KH. Zainuddin Ustman Talang Padang dari Al-Fadil Al-Hamil Al-Hafizh KH. Muhammad Arwani Amin Qudus dari Al-Fadil Al-Hamil Al-Hafizh KH. Munawwir Krapyak.

3) Bidang Thoriqah, Thoriqoh yang di amalkan beliau adalah Qodiriyyah Naqsabandiyah dan mendapatkan sanad dari KH. Ahmad Tajjali dari Syekh KH. Muhammad Jamaluddin dari Syekh.KH. Bustomil Karim Lampung dari Syekh. KH.Husain Farid Cilacap dst.

Doa Hari Ini Ijabah Tahun Depan

Semasa di Madrasah Aliyah, Abdul Hamid sudah nyicil do’a, ada empat do’a beliau, diantaranya : pertama semoga kelak punya rumah dekat dengan masjid, agar supaya bisa untuk sholat berjamaah (Allah ijabah do’anya, sangking dekatnya beliau jadi marbot masjid), kedua semoga rizkinya didaerah sendiri bukan diluar kabupaten atau bahkan diluar provinsi (Allah ijabah do’anya wilayah pekerjaannya sekitar Kabupaten Pringsewu). Do’a beliau yang ketiga agar kelak punya santri minimal 5 sebagai motivasi untuk mengulang hafalannya ( Allah ijabah do’a tersebut bahkan sekarang sudah lebih dari 150 santri yang menemaninya). Keempat bila menikah menjadi menantu yang disayang oleh kedua mertunya ( Allah pun ijabah do’anya Hamid, yaitu mendapatkan istri yang yatim-piatu sehingga Hamid benar-benar disayang oelh kedua orangtunya karena tidak pernah di marah selamanya karena sudah almarhum dan almarhumah) semua itu Hamid munajatkan karena dengan ayat suci al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 74 bahwa Allah berjanji yang artinya: dan Allah sekali-sekali tidak lupa dari apa yang kamu kerjakan.

Pernikahan

Tahun 2006, tepatnya tanggal 28 Februari merupakan tanggal yang bersejarah dalam kehidupannya, Abdul Hamid mengakhiri masa bujangnya, beliau menikah pada usia 21 tahun dengan santri atas nama Husnul Fadhilah yatim-piatu sejak kecil. beliau sama-sama santrinya al-Maghfurlah Romo yai Rois Abdillah dan sama-sama berjuang dengan hafalan al-Qur’an. Seminggu sebelum akad pernikahan itu terjadi, Abdul Hamid tidak mempunyai persiapan apapun termasuk uang untuk acara pernikahannya, walaupun semua persiapan di tanggung oleh al-Maghfurlah Romo yai Rois Abdillah. Abdul Hamid hanya mempuyai uang 56.000. dana yang 50.000 dikasihkan kecalon istrinya untuk pegangan dan yang 6000 beliau bawa ke perusahan Gula Putih Mataram Lampung Tengah, beliau hijrah kesana tidak lain mencari tambahan untuk acara pernikahannya dan mempromosikan pengobatan ala Nabi yakni BEKAM.

Waktu terus berputar, sehari di GPM belum ada orang yang berobat dengan BEKAM, pada hari kedua waktu dhuha beliau shalat dan menyedahkan uang 6000 nya itu ke kotak amal masjid sambil berkdo’a: Ya allah uang 6000 ini ku kembailakan pada-Mu, hamba tidak berfikir apa bisa makan atau tidak bahkan hamba tidak sadar enam hari lagi hamba menikah, tunjukkanlah belas kasih-Mu ya Robb. Beliau sambil mengutip ayat suci al-Qur’an yang tercantum dalam surat an-Nur ayat 32, yang artinya: dan nikahlah orang-orang yang masih membujang diantara kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan, Allah akan memberikan kemampuan pada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas (pemberian-Nya), maha Mengetahui.

Melalui ayat ini Engkau berjanji Ya Allah, penuhilah janji-Mu Ya Allah. Subhanallah, sore harinya ada salah seorang kepala bagian yang shalat ashar berjamaah dan ingin mencoba pengobatan bekam, setelah selesai bekam orang tersebut memberikan bisyaroh dalam amplop, setelah hamid buka isinya mengejutkan, yaitu 200.000 ( padahal kalau di pringsewu sekali bekam hanya 5-10 ribu rupiah). Singkat cerita, lima hari di GPM hamid mendapatkan rizky 3.500.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah)

Dua Nasehat Dari Sang Guru

Semasa di bangku Madrasah Aliyah, ada salah satu guru nama nya KH.Imam Surjani, beliau menasehati: “ Hamid, bila kelak menikah, terapkkan dua nasehat bapak ini, yang pertama usahakan maharnya dari hasil keringatmu sendiri dan yang kedua usahakan maharnya sebesar mungkin untuk memulaikan istrimu, walau Nabi mengajarkan untuk mahar sekecil mungkin. Bila dua hal ini kamu praktekkan insyaAllah rizky setelah menikah bakal banyak dan mudah. Pada saat yang di jadwalkan Hamid benar-benar mempraktekkan apa saran dari sang Guru tersebut.

Berbuahnya Tanaman Cangkok

Setelah menikah, ternyata tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Hamid, Nasehat dari sang Guru tadi belum teruji, terlihat dari tidak adanya pekerjaan yang Hamid lakukan, dan istrinya hanya sebagai pembantu masak di rumah tetangga pondok pesantren, hadiah dari hasil masakannya itu satu bungkus nasi untuk siang hari dan satu bungkus nasi untuk sore harinya. Satu bungkus nasi itulah yang mereka makan berdua, mereka menjalani hidup seperti itu selama enam bulan lamanya. Hamid teringat dengan salah satu nasehat Gurunya yang ada di SMP yang menjelaskan tentang materi “ CANGKOKAN TANAMAN”

Hamid muhasabah dan bertanya pada dirinya sendiri, apakah kita ini sedang dicangkok? Siapa yang mencangkok? Kalimat pertanyaan itu selalu hamid ucapkan dalam hati, yang akhirnya hamid mendapatkan sebuah jawaban. Ya benar saya ini sedang di cangkok oleh al-Maghfurlah Romo Yai Rois, wajar saja, setiap kali di pondok ada permasalahan pasti al-Maghfurlah Romo Yai Rois yang menyelesaikannya bukan Hamid, setiap kali ada orang yang mengundang untuk mengisi hari-hari besar islam tentu mengundang al-Maghfurlah Romo Yai Rois bukan Hamid, dll. Setelah itu Hamid memutuskan memotong cangkokannya sendiri dengan cara hijrah ke Pringsewu

Hijrah Ke Masjid Sunan Giri

Pertengahan tahnun 2006 merupakan langkah awal bagi Hamid untuk mencari suasana dan pengalaman baru, beliau memotong cangkokan dari PPTQ MH Ambarawa, ibarat sebuah tanaman beliau memotong cangkokannya dengan dirinya sendiri, beliau menanamkan dirinya itu di Masjid Sunan Giri Pringsewu Barat-Pringsewu sebagai MARBOT Masjid. benar adanya, lambat laun selama di Masjid Gunan Giri sudah mulai nampak buahnya. Salah satunya Hamid beserta istrinya merintis sebuah pendidikan TPQ Darul Qur’an, bahkan sempat ada santri Mukim untuk menghafalkan al-Qur’an sampai 27 Juz, karena berbagai hal, khususnya tempat, maka santri tersebut disuruhnya pulang dan mencari pondok pesantren lain. Bentuk buah selanjutnya, Hamid dapat melanjutkan kuliah program Strata Satu nya di Tangerang, yakni STAI Darul Qolam selesai tahun 2009.

Qona'ahnya Sang Istri

Seminggu setelah Hamid menerima ijazah S1, Hamid mencoba untuk mencari pengalaman mengajar di sekolahan yang ada di sekitaran Pringsewu, mulai dari SMA sampai MI Al-Fajar Pringsewu Selatan, semuanya menolak tidak menerima Hamid dengan alasan sudah tercukupinya semua tenaga Guru. Hamid pulang sambil mengayun sepeda MX nya dan muhasabah hikmah apa yang bakal Allah berikan, bahkan di sekolah MI saja di tolak

Sesampainya dirumah, Hamid laporan ke istrinya, dengan kalimat yang memotivasi dan menyejukkan sang istri menasehati: “ Aby….. Jangan bersedih tidak diterima ngajar di sekolahan bisa jadi semua sekolahan itu bukanlah tempat yang tepat untuk Aby, Allah pasti sudah menyiapkan tempat yang tepat untuk Aby, kita tinggal nunggu waktunya. Sang istri sembari memberikan gambaran: sebuah tanah tidak cocok di Tanami Padi, bisa jadi cocok di Tanami Jagung dll. ’’

Pemberian Hadiah dari Allah

Sebulan kemudian Hamid dapat undangan mengikuti TC di Islamic Center di Bandar Lampung karena tahun 2009 itu beliau pernah menjadi terbaik kedua MTQ cabang 30 Juz beserta Tafsir Bahasa Indonesianya. Bagi peserta yang lulus TC akan di bawa ke Bengkulu untuk mengikuti MTQ Tingkat Nasional. Namun harapan itu kandas, Hamid tidak lulus seleksi. Tatkala Hamid pulang arah ke Pringsewu, waktu itu baru sampai di Pesawaran, sebuah keajaiban datang, HP hamid berdering, dilihatnya tidak nama, beliau angkat ternyata yang menelfon Dr.Hi.Fauzi, pak Fauzi menyuruh Hamid untuk datang ke Kampusnya. Keesokan harinya Hamid dengan khasnya santri pergi ke kampus dan menemui Pak Fauzi, singkat cerita Hamid diminta untuk mengelola rintisan Kampus STAI Pringsewu. Subhanallah, inilah Hadiah dari Allah, katanya. Ditolak diberbagai sekolahan dan Gagalnya menjadi peserta MTQ Tingkat Nasional tidak lain karena Allah sudah menyiapkan sebuah tempat yang mulia yaitu sebuah Kampus sebagai Dosen. Sebulan kemudian Hamid dapat melanjutkan S2 Prodi PAI di IAIN Bandar Lampung waktu itu, beliau lulusan Tahun 2013.

Dahsyatnya Dream Book

semua insan pasti punya impian, demikian halnya dengan Hamid dan keluarganya, awal masuk sebagai marbot masjid thn 2006, beliau nulis dalam Dream Book (Buku Impian) dan juga di belakang almarinya dengan sebuah kalimat: Ya allah semoga hamba di masjid Sunan Giri ini lima tahun saja, Aamiin. Biidznillah, Hamid dapat membangun rumah di sebelah selatan masjid Sunan Giri dan pindah kegubuk barunya 11 Desember 2013. Dream Book selanjutnya tentang S3, beliau menulis ini pada awal tahun 2014 dengan sebuah kalimat: ” ya Allah mudahkanlah hamba untuk melanjutkan studi S3 di IAIN Raden intan pada tahun 2015. Engkau berjanji dalam al-Qur’an akan mengangkat derajat orang yang beriman dan ber ilmu. Subhanallah, Allah kabulkan beliau dapat lanjut S3 pada tanggal 18 Oktober 2014 dengan beasiswa penuh dari salah satu derwaman yang ada di Bandar Lampung. Beliau lulusan tahun 2018 sebagai lulusan terbaik, bahkan menurut Rektor UIN Raden Intan Prof. Dr. Moh. Mukri, M.Ag: Hamid merupakan lulusan doktor pertama yang hafal al-Qur’an di Provinsi Lampung, Ucapnya.

Merintis Sebuah Pondok Pesantren

Dalam keluarga Abdul Hamid, tidak ada bayangan bakal mempunyai pondok pesantren, hal itu karena latarbelakang dan keilmuan yang beliau miliki.termasuk usianya yang relatif muda yaitu berumur 32 tahun. Bila berbanding dengan Pondok Pesantren yang ada di kabupaten Pringsewu. Namun, bisa jadi inilah rencana Allah yang dikehendaki. Beliau selalu bersemboyan : افضل للمبتدي ولو احسن المقتدي.

Generasi Penerus

Pasangan keluarga DR. KH. Abdul Hamid, MPd.I Al-Hafizh dan Nyai Husnul Fadhilah, S.Pd. Al-Hafizhah. Saat ini baru di karuniai tiga putara sebagai generasi penerusnya, diantaranya:

1. Gus Ihza Ulil Fahmi Al-Hamidy
2. Gus Muhammad Fatih Al-Hamidy
3. Gus Muhammad Syafiq Nuril Kalam AL-Hamidy

Organisasi

Pengalaman organisasi yang beliau tangani, diantaranya :

1. Pendiri yayasan Al-Hamidy Pringsewu

(menaungi PPTQ Al-Husna dan PPTQ Al-Husna Bukit Rajawali)

2. Ketua Yayasan Pendidikan Startech ( Menaungi

PPM BQ, STMIK Pringsewu, STIT Pringsewu, STIT Multazam Lampung Barat,

STIT Tanggamus, dll)

3. Ketua Yayasan Cita-cita Mulia (STEBI

Tanggamus).

4. Ketua RMI (Robithoh Ma'ahid Islamiyah)

Kabupaten Pringsewu masa jabatan 2020-2025

5. Ketua MUI Kecamatan Pringsewu masa jabatan

2019-2023

6. Sebagai Pengawas Radio Pemerintah Daerah

kabupaten Pringsewu

Mulai Chat
1
Butuh bantuan? Hubungi kami
PPTQ Al-Husna
Assalamualaikum wr.wb.
Selamat datang di PPTQ Al-Husna
Ada yang bisa kami bantu?
Jangan lupa Simpan nomor ini supaya kamu makin mudah mendapat informasi dari kami.
Exit mobile version