Pondok Pesantren Tahfizhul Qur'an Al-Husna
Berita  

Pentingnya Sanad Keilmuan, Belajar Kepada Guru yang Bersambung Sampai Baginda Rasulullah SAW

Menuntut ilmu merupakan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada seluruh umat Islam. Allah telah menegaskan dalam al-Qur’an bahwa orang yang berilmu akan diangkat derajatnya melebihi dari orang yang tak berilmu.

Ada salah satu Hadist Nabi saw yang menegaskan bahwa:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ

“Mencari Ilmu Itu wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan”.

Dalam redaksi hadits tersebut, kata wajib/فَرْضٌ disebut dengan kata فَرِيْضَةٌ bukan kata
فَرْضٌ
hal ini memberikan isyaroh bahwa “Kalau Fardun sudah jelas (wajib), kalau
Faridhatun itu sangat wajib huruf) ta’ nya Faridatun berfaidah mentaukidi (menekankan),”

Namun, bila menuntut ilmu tanpa memiliki sanad keilmuan, maka gurunya tak lain dan tak bukan adalah syetan. Mengapa? Karena ilmu agama bukan ilmu yang sifatnya coba-coba, tetapi ini menyangkut perilaku akhlak dunia dan akhirat.

Sebaik-baiknya orang belajar ialah yang mempunyai guru. Lalu gurunya itu mempunyai guru lagi dan terus tersambung (wushul) dengan guru-guru lainnya. Itulah yang dinamakan sanad keilmuan. Sanad atau jaringan mata rantai keilmuan sangat penting dalam Islam dikarenakan besok di hari kiamat, manusia bukan saja dimintai pertanggungjawabannya tetapi juga ditanyai darimana ia mengamalkan sesuatu. Al-Qur’an menegaskan dalam surah al-A’raf ayat 6 bahwa:

فَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلَّذِینَ أُرۡسِلَ إِلَیۡهِمۡ وَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلۡمُرۡسَلِینَ

artinya:
“Maka pasti akan Kami tanyakan kepada umat yang telah mendapat seruan (dari rasul-rasul) dan Kami akan tanyai (pula) para rasul”.

Selanjutnya, Abdullah bin Mubarak rahimahumullah di kitab Shahih Muslim juga menegaskan bahwa:
 
 الإسنادُ مِنَ الدِّينِ، وَلَوْلاَ الإِْسناَدِ لَقاَلَ مَن شاَءَ مَا شاَءَ

Sanad adalah bagian dari agama. Kalau bukan karena sanad, pasti siapa pun bisa berkata dengan apa yang dia kehendaki.

Oleh karena itu, belajar agama tidak cukup dengan membaca buku-buku, podcast, menonton Youtube atau media lainnya.

Slogan di atas memberikan nasehat pada kita, bahwa:

Belajarlah melalui KUTUB, bukan pada YOU TOBE“.

KUTUB ditinjau dari segi bahasa berasal dari kata kataba – yaktubu-kitaban
كَتَبَ – يَكْتُبُ-كِتَاباً.
Kata كُتُبٌ merupakan jama’ dari kata كِتاَبٌ yang bermakna BEBERAPA KITAB maksudnya belajarnya melalui KITAB-KITAB salafus sholih, mengkaji kitab aslinya dan berhadapan langsung dengan seorang guru.
bukan hanya sekedar belajar melalui YOUTUBE.

Walaupun faktanya, generasi sekarang ini memang lebih senang dengan konten ngaji online.
Sisi lain, Ngaji online merupakan keuntungan yang perlu dimanfaatkan oleh umat Islam. 

Gus Baha, dalam salah satu pengajiannya pernah ditanya seorang jamaah tentang kajian online. Dalam hal ini maksudnya seperti menyimak ceramah di YouTube atau media sosial.

Menurut Gus Baha, kegiatan semacam ini tetap berpahala dan sah-sah saja bagi seorang Muslim.

Untuk hal kebaikan, Gus Baha berujar, tidak perlu secara langsung bertatap muka dengan guru atau ustadz. Ini juga berlaku dalam pelajaran lainnya seperti menghafal Al-Qur’an atau memahami tafsir misalnya.

Namun jika kita ingin memanfaatkan internet sebagai media belajar, tentu sangat boleh. Namun dengan beberapa catatan, diantaranya:

  1. tetapkan niat yang tulus dan jangan melampaui batasan yang ada.
  2. Belajar dari Orang yang Jelas Keilmuannya, Gus Yusuf dari PP API Tegalrejo Magelang, menasehati kita, carilah guru yang kelimuannya jelas. Jadi walaupun cuma menatapnya dari layar, orang yang berbicara itu wajib benar-benar sosok ahli agama. Caranya, lihatlah bagaimana latar belakangnya, di mana ia belajar dan siapa gurunya. Pada akhirnya ilmu yang bermanfaat adalah ketika sanad keilmuannya sampai ke Rasulullah SAW.
  3. Internet Hanya Pendukung Pemahaman semata bukan utama, penting untuk diperhatikan bahwa konten pengetahuan Islam di internet sebaiknya tidak jadi rujukan utama. Posisikan itu sebagai pendukung pemahaman kita saja.

Gus Yusuf menegaskan kembali, bahwa kajian online itu seyogyanya di lanjutkan dengan kajian tatap muka, besar harapannya seluruh jamaah atau santri online bisa mempelajari keseharian dan akhlak dari sang guru.

Terus belajar agama dengan berbagai cara karena itu penting. Bukan masalah ngaji online dari YouTube, Instagram atau TikTok. Namun tetaplah perhatikan batasannya karena ngaji di dunia maya bisa berbahaya jika tidak hati-hati.

Imam Bukhari di dalam kitab Shahih Bukharinya mengingatkan, bahwa:

تَعَلَّمُوا قَبْلَ الظّانِّينَ

Mengajilah (belajarlah) dengan bersungguh-sungguh sebelum kamu bertemu dengan masanya orang yang berbicara ilmu yang hanya bermodalkan prasangka.

Berikut ini sebuah nasehat yang sangat bagus:

وَلَوْكاَنَ عِلْمُ الْمَرْءِ قَدْرَ كِتاَبِهِ #
لاَءَصْبَحَ بَيّاَعُ الْكِتاَبِ فَرِيْداَ
Seandainya ilmu seseorang di ukur dengan seberapa banyak kitab yang dia miliki

Niscaya pedagang kitablah yang paling ALIM tiada tertandingi

وَلَوْكاَنَ قَدْرَ الَعِلْمِ باِالْعَرَبِيَّةِ #
لاَءَضْحَى اَبُوْ جَهْلٍ عَلِيْماً وَحِيْدَا

dan seandainya ilmu seseorang diukur seberapa tinggi ia menguasai bahasa arab

Maka abu jahal niscaya akan menjadi orang alim yang tiada tersaingi

وَلَكِنْ بِقَدْرِ الْكَدِّ وَالْحِفْظِ حاَرِصَا#
مِنَ الْعُلَمَا كُنْ داَءِماً مُسْتَفِيْداَ

akan tetapi ILMU di dapat dengan susah payah, menghafal dan keinginan yang kuat serta ilmu itu harus dengan mengaji pada ULAMA AKHIRAT.

Untuk semua guru-guru kita yang bersambung ke Rasulullah SAW. Lahumul Fatihah
 

Mulai Chat
1
Butuh bantuan? Hubungi kami
PPTQ Al-Husna
Assalamualaikum wr.wb.
Selamat datang di PPTQ Al-Husna
Ada yang bisa kami bantu?
Jangan lupa Simpan nomor ini supaya kamu makin mudah mendapat informasi dari kami.
Exit mobile version